Senin, 04 Oktober 2010

T U A N


Saya tidak tahu bagaimana saya bisa nyaman dengan anda
Tidak ada yang menarik dengan diri anda
Malah cenderung membosankan

Saya juga tidak mengira anda mampu membuat saya diam
Untuk berpikir dengan jernih
Membuka mata saya
Bahwa saya selama ini bukan siapa-siapa
Bukan apa-apa

Saya juga heran
Kekuatan apa yang anda miliki
Teori manapun tidak memuat hal ini
Beri saya penjelasan Tuan!!!!!!!!!!

Anda sudah mengobrak-abrik prinsip hidup saya
Pendapat saya telah anda ubah dengan seenaknya
dan celakanya anda selalu benar

Mantra apa yang anda gunakan
sehingga saya mampu menoleh ke belakang untuk kedua kalinya

Hipnotis apa yang anda gunakan
sehingga saya mulai berpikir
"apa yang sudah saya lakukan untuk diri sendiri?"

Tuan....anda sungguh sangat kejam
memberikan saya surga
dan pergi tanpa memberi tahu saya cara membuka pintunya

Tuan bolehkah saya memanggil anda?
Hanya ingin bertanya, kunci mana yang harus saya pakai?

Tuan.....saya butuh anda


4 okt 2010 16.00 WIB....call me

Senin, 13 September 2010

Seputar mitos

suatu kali saat saya dalam perjalanan pulang dari kantor...menaiki armada umum tentu saja :))....saya menguping pembicaraan dua orang perempuan. Sebenarnya mau tidak mau saya harus mendengar pembicaraan mereka yng berbisik tapi keras dan jelas.

Sepertinya mereka kakak adik. Sang kakak berusaha menanamkan doktrin ke adiknya yang sedang hamil besar.
"Ingat ya...nanti kalau kamu melahirkan, suruh suami kamu masuk dan lihat gimana perjuangan kamu ngelahirin!! Biar suamumu gak kurang ajar, gak main cewek. Ya??? ingat yaa???"
Sang adik hanya manggut-manggut saja dengan mimik muka protes. Jawab sang adik: "Tapi temenku nggak tuh mbak...suaminya ikut lihat proses ngelahirin tapi tetep aja main cewek! Kalau bejat ya bejat aja mbak, ga akan peduli istri mau mati taruhan nyawa."
Saya tersenyum geli melihat ekspresi sang kakak yang marah. Ahhhh ada-ada saja
Benarkah mitos itu?

Dulu...waktu menjelang saya melahirkan anak pertama, saya banyak menuntut. Saya ingin saat melahirkan ada suami saya, sesepuh pegganti ibu saya yang sudah meninggal, dan orang-orang yang menyayangi dan perhatian dengan saya. Tapi..saya harus menerima kenyataan kalau saya melahirkan hanya ditemni suami. Saya bangga sekali menceritakan kisah heroik kami tersebut ke semua orang. Saya juga bangga telah berhasil menjalankan mitos tentang pendampingan sang suami dalam proses melahirkan, biar suami saya setia dan tidak main hati (ahhhh saya yakin suami saya ta akan tega melakukan ini!!).

Sekarang...saya sedang mengandung anak kedua. Usia keehamilan saya memang masih muda. Perjalanan masih jauh. Tapi jika saya ditanya: siapa yang saya harapkan untuk mendampingi saya saat melahirkan?"
Saya akan menjawab: "Tak ada"!
Ibu saya yang paling saya harapkan untuk mendampingi saya melawan maut sudah menghadap Bapa. Saya tidak mau merepotkan orang lain lagi.

Sebenarnya, ada alasan khusus kenapa saya menjawab seperti itu.
Saya tidak mau kisah heroik perjuangan saya melawan maut ternodai oleh kisah-kisah pelanggaran mitos di atas. Ya kalau suami saya setia sampai saya mati, lhaaa kalau di kemudian hari ternyata suami saya main hati???? Alangkah tak terperi luka yang nanti saya tanggung...Nahhh kisah seperti itu yang akan menodai kisah heroik saya.

Biarlah mitos itu tetap ada....toh secara ilmi psikologi ada benarnya juga...ada sisi positifnya juga. Berjuang bersama dalam derita untuk mendapatkan bahagia.

Mudah-mudahan ibu muda di angkot tadi bisa mensukseskan mitos tersebut :}}

Kamis, 19 Agustus 2010

Identitas baru

Minggu kemaren saya periksa kehamilan untuk yang pertama
Sendiri saja karena jam praktek dokter sangat tak strategis yaitu jam di mana para buruh diharuskan bekerja
Jam 4 sore tepat saya sampai di loket pendaftaran
Karena sebagai pasien baru, saya harus mengisi blangko informasi pasien
Jam 5 sore saya pulang ke rumah
Malamnya saya buka-buka tas kerja saya dan menemukan kartu pasien saya yang baru tadi sore saya peroleh
Ahhhh saya tersenyum sendiri
Di situ tertulis nama lengkap saya....
Ya...hanya nama lengkap saya!!!!!

Dulu...waktu saya mengandung anak pertama saya, di kartu pasien saya tertulis gabungan antara nama saya dan suami
Apa yang terjadi????

Saya ingat-ingat lagi kejadian apa ya yang sudah membuat saya tanpa sadar mengganti nama saya?
Ahhh akhirnya saya menemukan....walau hanya sebagian kecil saja
Setelah menikah...saya merasa satu bagian dengan suami
Ya apa-apa harus berbagi...entah itu tugas, nama, atau keputusan
Tapi tu kan mau saya
Di kenyataannya kan tidak bisa seperti itu
Suami dengan banyak kesibukan dan kepentingan pasti berjalan sendiri
Lha kalau saya diam saja sambil tetap memegang prinsip saya wahhh apa jadinya jalan saya?
Makanya saya maju sendiri...
apa yang bisa saya perbuat ya saya lakukan
Apa yang dirasa berat ya sebisa mungkin saya imajinasikan menjadi enteng dan menggembirakan
Hal tersebut terjadi berulang-ulang sehingga membuat suatu pola yang tanpa saya sadari telah mengendap menjadi jiwa saya dan menyatu menjadi panduan hidup saya
Saya menjadi seperti "merepotkan" suami saya jika saya meminta bantuan beliau
Mandiri? Saya rasa bukan!!!!
Mandiri yang dipaksakan? Saya ikhlas kok menjalaninya!!

Ada beberapa teman kerja yang kemana-mana harus didampingi oleh suami tercinta, bahkan periksa anak yang panas tinggi pun harus menunggu suami pulang dari kantor
Ahhh saya tidak bisa seperti itu
Terlalu mandiri??? Saya rasa bukan!!!
Tidak menghargai suami?? Saya tegaskan tidak!!!

Saya hanya berani mengambil keputusan
Jika sebuah kapal tidak ada nahkoda atau sang nahkoda sedang capek atau sibuk dengan urusan lain, apa sang kelasi diam saja menunggu perintah?
Ya kalau lautan aman sentosa....lha kalau ada ombak tinggi menerjang?
Demikian juga dengan saya...
Bukannya saya mengabaikan peran suami saya
Namun karena saat-saat saya membutuhkan beliau dan beliau sedang berhalangan hadir...ya saya unjuk gigi dan keberanian untuk mengembangkan layar

Keberanian...
Pertama kali maju sendiri...saya merasakan ketakutan yang luar biasa
Saya paksa tubuh, jiwa, dan mental saya untuk maju
Akhirnya saya bisa...

Sekali lagi...
saya tetap perempuan yang membutuhkan pria di samping saya yang siap memanjakan saya
saya juga bukan mandiri tapi saya mencoba berani :))
Akhirnya saya mengucapkan dengan bangga atas prestasi saya yang kecil ini:

Selamat atas identitas baru yang sempat hilang!! :))

How can i forgive when it hurts so much



How can i forgive when it hurts so much

Gambar ini saya temukan di my document komputer saya.
Entah siapa yang menyimpan. Seingat saya, saya tidak pernah mendownload gambar itu dan menyimpannya di my document.
Kalimatnya simpel tapi mengena pas di hati saya.
Hanya sayang...gambarnya kurang jelas untuk dinikmati.
Kalimat itu seperti menampar saya
Apakah saya pernah tidak mau memaafkan orang lain?
Saya ingat-ingat...dan jawabannya: sering

Terlalu sulit untuk beberapa kesalahan yang harus segera dimaafkan dan dilupakan
Kadang kita sebenarnya bosan untuk mengingat-ingat kesalahan itu dan segera menghapus memori
Tapi...tetap saja kesalahan-kesalahan itu bercokol dengan kuatnya di otak saya. Padahal jika saya membuat kesalahan....saya berusaha meminta maaf dan ayoooooo dong lupakan kesalahan saya... :))

Kesalahan yang sangat menyakitkan memang wajar jika membutuhkan proses lama untuk di “hilangkan” dari otak kita.
Apalagi jika kesalahan itu sangat fatal dan membuat sakit hati dan jiwa saya. Mudah-mudahan saya terberkati untuk tidak melakukan hal tersebut ...

Suatu kali ketika orang lain meminta maaf...saya selalu berkata seperti dalam gambar tersebut: how can i forgive when it hurts so much?
Yaa....terlalu menyakitkan....
Dalam hati saya memohon semoga orang tersebut juga mau memaafkan atas keengganan saya untuk memberi ampun
Saya disakiti...wajar jika saya “jual mahal”
Itu saja ... .
Entah kapan...esok atau 6 tahun lagi...datanglah dan meminta maaf sekali lagi kepada saya
Mungkin saya akan memberi maaf dengan bonus senyum dan pelukan hangat
karena saat ini saya masih sering bertanya:
How can i forgive when it hurts so much?

20 agustus 2010 -- hari yang menjemukan

Kamis, 05 Agustus 2010

Aku lelah

aku lelah

kalimat ini sering sekali saya ucapkan akhir-akhir ini
kata teman...mungkin psikis saya yang lelah sehingga merambat dan memprovokasi badan saya untuk seia sekata : L E L A H

lelah yang saya rasakah kali ini beda
saya sendiri tidak bisa menemukan penyebabnya
lelah yang benar-benar membuat saya sulit bernafas dan anehnya diam-diam air mata saya keluar sendiri
itulah kenapa teman saya menilai kalau yang lelah itu psikis saya

saya mencoba mengelak analisis teman saya walaupun setelah saya renungkan menghasilkan jawaban: 100% benar
ya...psikis saya sangat lelah
sepertinya saya membutuhkan psikolog khusus nih
saya terlalu malu untuk bercerita dengan orang awam dan yang lebih penting adalah orang tersebut harus belum saya kenal
ahhh syarat yang aneh-aneh ya

saya terlalu kuatir juka saya cerita tentang masalah saya ini...yang ada hanya penilaian sepihak
saya malu dan enggan dikritik
saya capek dikritik
saya capek berkomunikasi dengan yang namanya manusia
yang katanya berhati lebih mulai dari binatang

saya sudah tak percaya lagi dengan yang namanya manusia
apalagi manusia yang di depan saya baik dan bersikap baik tapi menusuk saya dari belakang

saya juga capek untuk mengeluh (bukannya ini juga keluhan :) )
saya ... capek untuk mengerti dan memahami orang lain..apalagi memaafkan
saya ingin gantian posisi....saya juga ingin dimengerti....dipahami...dan dimaafkan....bukannya dibalas dendami (kosakata bahasa yang hancur ya)

saya capek Gusti
saya capek hidup untuk orang lain
saya ingin membahagiakan diri saya sendiri

saya capek dan saya takut berdoa....
mungkin inilah akar munculnya capek ini
tapi saya juga capek berdoa ....

aahhhhh manusia yang katanya lebih mulai dari binatang....ternyata ....

Mobil merah dan merahnya hati

sudah 6 kali ...
mobil merah itu bolak-balik di depan rumahku
misterius
tanpa bosan
sepertinya begitu penting yang dicarinya

tatap mata nanar sang empu mobil
ada air mata dan beban yang menumpuk
sepertinya dia kehilangan sesuatu
begitu berhargakah?

sudah 6 bulan ...
mobil merah itu bolak-balik di depan rumahku
rutin
tanpa putus asa
sepertinya aku tahu yang dicarinya

...
Nyonya...yang kau cari tidak ada di rumahku
suamimu ada di rumah sebelah

5 agt 2010

Selasa, 03 Agustus 2010

mabuk facebook

ku sadar ...
semakin hari kau semakin jauh
kata-katamu tak lagi lembut
telponmu tak lagi riang
sms-mu tak lagi mesra
status update-ku tak lagi kau beri comment
ku sadar ... kau bosan denganku

Kadomu tak pernah sampai lagi
message-ku hanya diam di inbox-mu
tak pernah kau baca ... mungkin

ku sadar ...
kau jenuh denganku
ku semakin paham ingkarmu
saat tak kutemukan namamu di daftar temanku


20 - 11 - 2009