Selasa, 03 Agustus 2010

DAFTAR IMPIAN

Kemarin penulis saya datang mengantar naskah. Dia sempat mengobrol sebentar dengan saya. Di akhir pembicaraan kami, dia bertanya kepada saya: “hidup seperti apa yang Ibu inginkan?”
Saya kaget dia menanyakan hal tersebut.
Pertama, karena kami memang tidak akrab, yang kedua adalah dia umurnya jauh di atas saya. Saya rasa dia ingin menguji kekritisan otak saya :))
Saya balik tanya: “Hidup bagaimana maksud Bapak?”
Bapak itu kemudian menjawab: “Ya seluruh hidup Ibu, seperti apa yang Ibu inginkan?”
Waduhhh saya kelabakan!
Biasanya pertanyaan yang mampir ke saya adalah tentang jurnal, buku besar, dan teman-temannya.
“Masa Ibu tidak punya gambaran tentang hidup yang Ibu inginkan?” kata penulis saya dengan ekspresi sedikit menghina plus heran yang pura-pura.
Biar tidak kelihatan bodoh dan kualitas berpikir kritis saya yang pas-pasan terlihat, saya mencoba menjawab pertanyaan penulis saya dengan otak yang berputar kencang seiring deg-degannya jantung saya :))
Pak .... kalau saya ditanya tentang hidup seperti apa yang saya inginkan, daftarnya panjang pak.
Menurut saya, kondisi dan keadaan saya saat ini sudah tidak pas jika diberi pertanyaan seperti itu.
Saya sudah menikah dan saya memperoleh satu anak yang pintar.
Dulu, sebelum menikah...bahkan sebelum saya lulus kuliah saya mempunyai daftar impian hidup yang saya inginkan. Daftarnya panjang!!
Kemudian waktu bergerak maju. Daftar itu mulai memendek dan tereliminasi dengan sendirinya. Seleksi alam. Ada daftar yang hilang, terpaksa dihilangkan, dan ada juga yang ditambahkan.
Mungkin daftar itu penuh corat-coret tanda revisi yang banyak :))
Jika ditanya apakah saya menyesal jika ada daftar saya harus tereliminasi? Saya jawab: YA! Tapi saya juga melihat, apakah dengan hilangnya daftar itu, saya mendapat daftar yang lebih membuat saya bahagia? Saya jawab dengan lantang: YA!

Semakin kita dewasa dan mengalami hidup dengan aneka cobaan dan anugerah akan semakin membuat kita maklum jika ada daftar yang hilang atau terpaksa hilang dari daftar kita.
Kita akan menangis dan kemudian tegak berdiri untuk melanjutkan hidup.

Sebelum menikah saya mempunyai impian begitu menikah saya atau kami segera akan memiliki rumah.
Tapi seiring waktu kami akhirnya menunda dulu program memiliki rumah. Kecewa? YA! Tapi apa ya harus tertunduk lesu menunggu keajaiban?

Ada banyak dalam hidup saya yang berbeda dengan impian saya.
Hal tersebut kadang membuat hidup saya seperti sesuatu yang nelongso.

Saya pernah membaca sebuah novel terjemahan dari India (saya lupa judulnya).
Isi novel itu menjelaskan bahwa derita yang dalami oleh ibu akan terwariskan ke anak perempuannya dengan kekuatan yang berlipat-lipat :((
Saya mencoba mengingkari teori di novel tersebut. Tapi setelah saya renungkan....benar juga ya....

Di 31 usia saya...yang berarti telah 31 tahun saya hidup, saya mencoba berdamai dengan hidup saya.
Saya tetap melihat daftar keinginan saya namun juga mencoba maklum jika itu jauh dari impian saya.
Saya bahagia dengan anugerah anak yang begitu sehat dan pintar.
Saya bahagia dengan pekerjaan saya yang berat dan bergaji kecil tapi di lingkungannya saya menemukan kedamaian.

Saya biarkan saja daftar keinginan saya itu penuh coretan revisi. Bukankah naskah yang baik harus mengalami coret-coret koreksi?
Bukankah untuk memperoleh hidup yang bahagia kita harus tahu terlebih dahulu apa itu sedih, susah, dan putus asa?

Itulah pak jawaban saya....

“Jadi, menurut Ibu hidup seperti apa yang Ibu inginkan? Saya tidak menemukan itu dari penjelasan Ibu, hanya omong kosong tidak jelas saja!”

Ahhh bapak ini memang mau menguji saya ...

^ ^
0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar